Hari Sabtu, 11 September 2021
Perkuliahan Etnomatematika digantikan dengan mengikuti Webinar Series #6 tentang Inovasi Pembelajaran Matematika
Inovasi Pembelajaran Matematika Melalui Literasi Matematika
oleh Dr. Sri Wulandari Danoebroto
Indonesia berada di bawah rata-rata dalam hal reading, mathematics, and science menurut OECD.
Kompetensi penunjang literasi matematika:
- Berpikir Matematis
Metode: Mengabstraksikan, menyederhanakan, dll
Konten: ide tentang operasi bilangan, dll
Attitude: mencoba menemukan masalah matematika dari suatu fenomena, dll
(Isoda & Katagiri, 2012) - Argumentasi Matematis
Belajar berpikir matematis kemudian berargumen dengan pembuktiannya.
Pembuktian matematis: pembuktian langsung, kontradiksi, induksi matematika, kontraposisi. - Komunikasi matematis
Bagaimana mereka dapat mengkomunikasikan kembali secara matematis dari suatu gambar atau masalah. Tidak hanya dari pemahaman mereka pada suatu masalah, tapi juga cara mereka mengkomunikasikan suatu masalah. - Pemodelan Matematis
Siswa sulit untuk menerjemahkan kalimat dari soal ke dalam model matematika. - Pengajuan masalah dan penyelesaiannya
Kendala siswa tidak memiliki ide untuk membuat masalah yang logis (informasi yang penting pada soal). - Representasi dan Simbol
Perlu membiasakan memakai representasi matematika yang formal. - Alat dan Teknologi
Tidak hanya berupa hardware tapi berupa software juga banyak.
Perlunya berinteraksi dengan siswa untuk membantu visualisasi matematika yang abstrak.
Dasar untuk meningkatkan literasi matematika adalah pada berpikir matematis.
Kesalahan Umum
Kebiasaan meminta siswa untuk menjelaskan
penjelasan secara tulisan saja.
Makna Literasi
Kemampuan memfungsikan matematika
berkelanjutan.
Melibatkan penalaran dalam formulasi,
menerapkan, mengevaluasi, dan menginterpretasi. dan melibatkan sikap dan emosi
positif terhadap matematika.
Jangan sampai misskonsepsi pada sekolah dasar masih terbawa.
Tujuan Literasi Matematika:
- Pengembangan modal manusia
(daya nalar dan kemampuan berkomunikasi) - Identitas budaya
(tumbuh kesadaran bahwa matematika itu ada dalam budaya sendiri) - Perubahan sosial
(mampu berpikir kritis terhadap masalah-masalah sosial) - Kesadaran lingkungan
(alat memodelkan masalah lingkungan) - Evaluasi matematika
(memahami matematika sebagai ilmu pengetahuan dan memiliki bekal untuk mengembangkannya)