Berbicara mengenai ideologi pasti otak kita otomatis mengaitkan dengan ideologi-ideologi negara seperti Liberalisme, Komunisme, Sosialisme, Pancasila, dan sebagainya. Namun, apasih ideologi itu?
Menurut Prof. Dr. Jimly Asshidiqqie, S.H. Ideologi memiliki tiga arti. Arti yang pertama yaitu ideologi sebagai kesadaran palsu yang biasa digunakan oleh para filsuf dan ilmuwan sosial. Ideologi merupakan teori-teori yang tidak berorientasi pada kebenaran, namun berorientasi pada kepentingan pihak yang mempropagandakannya.
Arti kedua yaitu ideologi dalam arti netral. Ideologi merupakan keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau kebudayaan tertentu. Ideologi disebut netral karena baik buruknya tergantung dari isi ideologi itu sendiri.
Arti yang ketigua yaitu ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah (biasanya digunakan dalam filsafat dan ilmu sosial yang positivistik). Suatu ideologi merupakan segala pemikiran yang tidak dapat dibuktikan secara logis-matematis atau empiris. Semua masalah etis dan moral, asumsi-asumsi normatif, dan pemikiran-pemikiran metafisis termasuk dalam cakupan ideologi.
Menurut Prof. Marsigit, pada pendidikan terdapat beberapa ideologi, diataranya yaitu ada Industrial Trainee, Technological Pragmatism, Conservatism, Humanisticism, Liberalism, Socialism, Pragmatism, Capitalism, Contemporary, Monoculture, Heterogonomous/multicultural, Materialism, Egalitarianism, Elitism, Meritocracy, Scientisism, Critical Education, dan Ideologi Pancasila. Namun yang akan kita soroti hanya dua, yaitu Industrial Trainer dan Technological Pragmatism.
Ideologi Pendidikan
- Industrial Trainer
Ideologi Politik Radikal kanan, Kanan Baru Pandangan tentang Matematika Sekumpulan Kebenaran dan Aturan Nilai-nilai Moral Authoritarian ‘Victorian’ values, Pilihan, Usaha, Menolong-diri, Kerja, Kelemahan Moral, Kita-Baik, Mereka-Jelek Teori Masyarakat Hirarki yang ketat, Market Place Teori Anak Tradisi Sekolah Dasar: Anak ‘malaikat jatuh’ dan ‘kapal kosong’Sekumpulan Kebenaran dan Aturan Teori kemampuan Tertentu dan warisan, terealisasi oleh usaha Tujuan matematis ‘kembali ke dasar’: numerasi dan pelatihan sosial dalam ketaatan Teori Belajar Kerja keras, usaha, latihan, hafalan Teori Mengajar Matematika transmisi otoriter, dril, tanpa embel-embel Teori Sumberdaya Kapur dan hanya bicara Anti kalkulator Teori asesmen dalam Matematika Uji eksternal dasar yang sederhana Teori Keberagaman Sosial sekolah dibedakan menurut kelas, cripto-rasis, monoculturalist - Technological Pragmatism
Ideologi Politik Meritokratik, Konservatif Pandangan tentang Matematika Bangunan, Pengetahuan bermanfaat yang tidak perlu dipertanyakan Nilai-nilai Moral Utiliarian, Pragmatism, Expediency, ‘penciptaan kekayaan’, Pengembangan Teknologis Teori Masyarakat Hirarki meritokratik Teori Anak Anak:’kapal kosong’ dan ‘alat yang tumpul’ Pekerja atau manajer masa depan Teori kemampuan Kemampuan warisan Tujuan matematis Matematika berguna pada level yg cocok dan sertifikasi (berpusat industri) Teori Belajar Kemahiran ketrampilan, pengalaman praktis Teori Mengajar Matematika instruktur keterampilan, memotivasi melalui pekerjaan-relevansi Teori Sumberdaya Tangan, microkomputer Teori asesmen dalam Matematika menghindari kecurangan, uji eksternal dan sertifikasi, profil keterampilan Teori Keberagaman Sosial bervariasi kurikulum oleh occpations masa depan